Setelah melewati Danau Matano, mobil yang mengantar kami mulai bekerja, meniti jalan-jalan berkelok yang belum beraspal. Jiwa petualangan kami pun diuji. Karena beberapa kali, mobil kami harus menyeberangi jembatan kayu yang sebelahnya jurang tertutup pepohonan. Hemm..mendebarkan!
Setelah satu jam setengah, menembus hutan cagar alam dan hutan karet, kami mulai menemui jalan beraspal. Tebing-tebing dengan tumbuhan liar pun mulai menyambut kedatangan kami. Pohon-pohon sagu, ciri khas Sulawesi, tumbuh bebas diantara pohon liar lainnya. Sesekali kami disuguhi pemandangan laut nan eksotis di sisi kanan jalan.
Setidaknya kami harus menempuh jalan darat selama lima jam dari DanauMatano, untuk mencapai Kerajaan Bungku yang terletak di Kecamatan Bungku, Kabupaten Morowali, Sulawesi Selatan.
Selain ingin menikmati keindahan alam Morowali, kedatangan kami juga untuk meliput selebriti Angel Lelga yang akan dinobatkan sebagai duta pariwisata Morowali oleh Bupati Morowali, Drs H Anwar Hafid, pada Desember mendatang.
Sehingga agenda pertama kami untuk mengenal potensi wisata Morowali adalah berkunjung ke peninggalan Kerajaan Bungku, berupa istana kerajaan Bungku, pada keesoakan harinya.
Pagi itu , ketika sampai di halaman istana Bungku, Angel Lelga yang mengenakan pakaian adat Bungku disambut oleh sesepuh Suku Bungku, H. Hasyim Sonaru, melalui sebuah upacara adat. Saat itu pula, Angel Lelga dianugerahi gelar Boki atau permaisuri raja. Karena Angel mendapat kepercayaan untuk mempromosikan budaya Bungku.
Upacara pun berlanjut dengan jamuan makan dengan makanan khas Bungku. Ada berbagai makanan yang terbuat dari jagung, sagu dan terigu seperti kombalu, dunumpi dan sunde-sunde. Nasi jaha, masakan ikan berupa fara, dan dai berupa dendeng ikan juga tak luput disuguhkan.
“Hemm enak sekali. Aku sebagai penyuka masakan daerah, sangat menikmati jamuan ini. Aku tidak asing dengan masakan khas Bungku, karena jajanannya terasa manis dan ikannya gurih. Pastinya semua serba alami dan menyehatkan,” seru Angel di sela-sela jamuan makan.
Istana kerajaan Bungku yang berusia ratusan tahun, masih terlihat apik sesuai aslinya, karena telah dipugar oleh dinas pariwisata setempat. Istana panggung beratap khas adat itu, bercat putih dipadu warna hijau dibagian tepi.
Mungkin karena kondisi geografi yang terpisah oleh perairan, maka kekuasaan kerajaan Bungku yang berdiri pada ratusan tahun silam juga tidak terlalu luas. Sehingga istana kerajaan Bungku juga terkesan mungil, berupa rumah panggung dengan lebar sekitar tiga meter dengan panjang enam meter.
Raja Bungku terakhir adalah raja ke-19, Tuan Abdurrabie yang telah meninggal 5 Maret 1974 lalu dan dimakamkan di belakang istana, bersama almarhum permaisuri. “Rencana akhir tahun nanti, kami akan melantik lagi raja ke-20, ” kata salah seorang keturunan kerajaan.
KTC01, KBC (Siti Asnah)
0 komentar to "Istana Bungku Nan Mungil dan Cantik"